Pertentangan-pertentangan Sosial
Hidup bermasyarakat berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Dalam kehidupan bermasyarakat ada ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama oleh para anggotanya. Norma dan nilai-nilai tersebut menjadika alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Salah satu bukti kuatnya ikatan itu adalah adanya rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira diantara para anggotanya.
Prasangka adalah salah satu bentuk perasaan yang timbul dari adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Prasangka (prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbabang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis.
Selain itu ada juga yang disebut diskriminasi. Jika prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminai
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Sikap-sikap negatif tersebut bisa menimbulkan konflik yang memicu pertentangan dalam masyarakat. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1. berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminai
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Sikap-sikap negatif tersebut bisa menimbulkan konflik yang memicu pertentangan dalam masyarakat. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat.
INTEGRASI MASYARAKAT
Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan beranekaragam. Keanekaragaman gender, agama, budaya, dan etnik memperkaya bangsa Indonesia namun sekaligus menjadi dilemma dalam praktek mempertahankan integrasi bangsa. Keutuhan di atas segala perbedaan adalah hal yang paling penting untuk menunjang pembangunan yang mengarah pada kemakmuran bersama.
Kini integrasi bangsa Indonesia terancam oleh berbagai isu dan gerakan separatis yang dipicu oleh berbagai perbedaan yang dipandang sebagai penghalang untuk mencapai keinginan masing-masing kelompok kepentingan. Andaikan kita menengok kembali sejarah tercetusnya Budi Utomo dan lahirnya Sumpah Pemuda, kita menyadari satu arti penting bahwa dulu kita pernah bersatu padu melawan penjajahan. Pertanyaannya adalah dapatkah kita sekali lagi bersatu demi mempertahankan keutuhan bangsa kita? Kali ini bukanlah penjajah yang kita lawan melainkan ego diri kita sendiri serta kelompok yang ingin memecah belah bangsa ini dari dalam.
Kehidupan politik yang naik turun sejak peristiwa reformasi juga menjadi ancaman keutuhan bangsa. Maraknya isu etnis, gerakan separatis membuat sebagian besar rakyat kehilangan kepercayaan terhadap kredibilitas pemerintah dalam proses penanganan konflik. Penanganan konflik cenderung represif sehingga pemicu utama konflik tersebut tidak terselesaikan dan konflik yang baru terus terjadi. Penanganan yang harus dilakukan adalah mencari penyebab utama konflik tersebut dan menguraikan kesalahpahaman yang terjadi.
Dengan demikian, praktek integrasi sosial harus dilakukan secara normatif, fungsional, dan koersif. Didukung oleh kemauan untuk tetap bersatu dibawah bendera Merah Putih, maka Bhineka Tunggal Ika akan terus dijunjung tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar